Tingginya persaingan dalam dunia bisnis saat ini, mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing bisnisnya yaitu dengan mengimplementasikan standar ISO. ISO merupakan organisasi swasta internasional terkemuka yang menerbitkan standar-standar sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menjalankan sistem manajemen mereka. Dengan mengimplementasikan standar ISO pada perusahaan, dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan reputasi serta daya saingnya.
Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan dalam mengimplementasikan standar-standar ISO, mengimplementasikannya bukanlah hal yang mudah, penuh dengan tantangan. Adanya tantangan tentu disertai dengan adanya risiko dan peluang. Mengimplementasikan ISO terutama ISO 9001, mengharuskan perusahaan untuk menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam penerapan manajemen risikonya.
Pendekatan ini mengharuskan organisasi untuk mengidentifikasi serta mengenali risiko yang akan muncul kedepannya, Agar dapat mengantisipasi atau menentukan tindakan mitigasi yang tepat terhadap permasalahan yang muncul. Ketika perusahaan merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, perusahaan perlu mempertimbangkan hasil dan keadaan yang dapat mengancam perusahaan dalam mencapai keberhasilannya. Dalam konteks ini manajemen risiko sangat relevan sehingga perusahaan mempunyai proses sistematis untuk mencegah adanya ancaman dalam melaksanakan perencanaannya.
Baca juga: Peran Kepemimpinan Dalam Implementasi Sistem Manajemen Berbasis ISO
Apa itu Manajemen risiko?
Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses untuk menghindari suatu risiko yang dapat terjadi. Tujuan utama manajemen risiko adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mengendalikan risiko sehingga perusahaan dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin muncul dan memaksimalkan peluang yang ada.
Peran Manajemen Risiko dalam Implementasi ISO
Manajemen risiko dapat membantu perusahaan menghasilkan output yang lebih baik dalam proses implementasi ISO dan mencapai sertifikasi ISO. Perusahaan harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam standar tersebut. Dalam hal ini, memastikan bahwa risiko identifikasi dan manajemen dilakukan secara optimal.
Pada dasarnya, penerapan manajemen risiko dalam implementasi ISO mencakup 3 langkah utama yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko dan mengelola risiko. Dalam langkah identifikasi risiko Perusahaan harus mengidentifikasi risiko-risiko yang muncul dalam implementasi standar ISO. Risiko dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti anggaran yang tidak mencukupi, kurangnya pengetahuan internal, atau bahkan masalah regulasi. Jika risiko tidak diidentifikasi dengan baik, maka mereka dapat menjadi risiko yang tidak terkendali dan hal ini akan mempengaruhi kesuksesan implementasi standar ISO.
Tujuan manajemen risiko
Penerapan manajemen risiko tidak hanya mengidentifikasi, menilai serta mengelola risiko saja, namun juga bertujuan untuk:
1. Melindungi aset
2. Mengurangi kerugian
3. Meningkatkan keselamatan
4. Meningkatkan kepatuhan
5. Mengoptimalkan peluang
6. Meningkatkan keputusan strategis
7. Meningkatkan ketahanan organisasi
8. Meningkatkan reputasi
9. Meningkatkan efisiensi
10. Menjaga kelangsungan operasional
8 Prinsip Manajemen Risiko
1. Pendekatan sistematis
Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Proses sistematisnya termasuk identifikasi, analisis, evaluasi dan pengendalian risiko. Pendekatan sistematis akan membantu perusahaan memastikan risiko yang relevan telah dikelola dengan baik.
2. Pemimpin tertinggi terlibat
Penerapan manajemen risiko harus dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi, termasuk pemimpin tertinggi dan manajemen senior. Mereka harus mendukung segala proses manajemen risiko sehingga menciptakan budaya yang memprioritaskan keamanan dan keberlanjutan.
3. Pendekatan berbasis risiko
Dalam mengimplementasikan ISO, hal ini menjadi sangat umum. Manajemen risiko harus berdasarkan pemahaman tentang risiko dan mengenali risiko dengan baik. Pendekatan berbasis risiko akan mengarahkan sumber daya dalam pengelolaan risiko ke risiko yang paling signifikan.
4. Partisipasi dan konsultasi
Penerapan manajemen risiko yang efektif adalah yang melibatkan partisipasi seluruh stakeholder. Dalam hal ini diperlukan pemahaman dan pengalaman terkait risiko yang ada. Adanya partisipasi aktif dari seluruh bagian akan memberikan pandangan yang luas terkait risiko yang akan dihadapi.
5. Pendekatan terpadu
Manajemen risiko tidak bisa menjadi bagian yang terpisah dan harus diintegrasikan ke dalam proses. Dengan begitu manajemen risiko menjadi bagian integral dalam mengambil keputusan, perencanaan strategis, operasional, dll.
6. Kontinu atau terus menerus
Dapat berubahnya risiko seiring waktu, membuat manajemen risiko perlu memantau, mengevaluasi serta mengelola risiko berkelanjutan. Dalam hal ini, perusahaan perlu melakukan pembaruan dan penyesuaian atas perubahan lingkungan dan kondisi bisnis.
7. Komunikasi yang efektif
Transparansi dalam penerapan manajemen risiko perlu komunikasi aktif dari seluruh stakeholder. Melakukan komunikasi aktif akan memberikan kesempatan kepada setiap elemen untuk terlibat untuk memberikan keluhan, kekhawatiran, saran dan kritik sehingga berjalannya perusahaan dapat berkelanjutan dan tidak merugikan siapapun.
8. Evaluasi peningkatan
Perlu dilakukan evaluasi secara berkala dalam penerapan manajemen risiko, memastikan proses yang dijalankan efektif dan sesuai dengan perencanaan. Evaluasi yang dilakukan dapat mencakup tinjauan terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik manajemen risiko yang ada, hasil yang didapatkan dari evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan.